Kesadaran terhadap Penyakit Langka di Indonesia: Saatnya Bergerak Lebih Nyata

Pendahuluan
HarianJawa.com - Setiap tahun, jutaan orang di seluruh dunia memperingati
berbagai hari kesehatan global. Salah satunya yang mungkin jarang terdengar
adalah Hari Hemofilia Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 17 April.
Namun di balik momen ini, ada satu hal penting yang perlu kita soroti lebih
luas: kesadaran terhadap penyakit langka.
Di Indonesia, topik ini belum banyak mendapat perhatian. Padahal, dampaknya besar terhadap kualitas hidup pasien dan keluarganya. Penyakit langka seperti hemofilia, thalassemia, dan distrofi otot bukan hanya urusan medis—tetapi juga sosial dan ekonomi. Artikel ini mengajak kamu untuk melihat lebih dekat tentang pentingnya kesadaran terhadap penyakit langka di Indonesia, dan kenapa kita harus peduli.
Apa Itu Penyakit Langka?
Penyakit langka adalah kondisi medis yang menyerang sebagian
kecil populasi. Di Indonesia sendiri belum ada definisi resmi, tapi WHO
menyebut penyakit langka sebagai gangguan yang memengaruhi kurang dari 1 dari
2.000 orang.
Beberapa contoh penyakit langka yang cukup dikenal antara
lain:
- Hemofilia:
gangguan pembekuan darah
- Thalassemia:
kelainan darah yang mengharuskan transfusi rutin
- Distrofi
otot Duchenne: kelemahan otot progresif
- Penyakit Gaucher: kelainan enzim langka yang menyerang hati dan tulang
Tantangan dalam Penanganan Penyakit Langka
1. Akses Diagnostik yang Terbatas
Banyak pasien harus menunggu bertahun-tahun untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat. Minimnya fasilitas laboratorium khusus,
tenaga medis yang paham, dan biaya tes genetik yang mahal membuat penyakit
langka sering terdiagnosis terlambat atau salah.
2. Biaya Pengobatan yang Tinggi
Obat-obatan untuk penyakit langka seringkali tergolong orphan drugs, yaitu obat yang sangat spesifik dan mahal. Tak jarang biaya
pengobatan bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulan.
3. Kurangnya Dukungan Sosial dan Psikologis
Pasien dengan penyakit langka sering merasa sendirian, dikucilkan, atau tidak dimengerti. Belum banyak komunitas yang aktif di daerah-daerah, dan stigma masih menjadi penghalang utama untuk mendapat dukungan.
Peran Kesadaran Publik: Kenapa Ini Penting?
Meningkatkan kesadaran terhadap penyakit langka sangat
penting karena:
- Membuka
jalan menuju kebijakan yang inklusif
- Menyediakan
dasar untuk pengembangan sistem registrasi penyakit langka
- Mempercepat
akses ke diagnosis dan pengobatan
- Membantu
pasien merasa tidak sendiri
Salah satu langkah kecil yang berdampak besar adalah edukasi masyarakat. Misalnya dengan kampanye publik, seminar daring, konten edukatif di media sosial, hingga dukungan media massa seperti yang dilakukan oleh Kompas Health.
Inisiatif Global dan Peran Indonesia
Hari Hemofilia Sedunia yang diprakarsai oleh World
Federation of Hemophilia (WFH) adalah contoh nyata bagaimana komunitas
internasional bekerja sama mendorong kesadaran. Tahun ini, tema globalnya
adalah "Equitable access for all: recognizing all bleeding
disorders" — akses setara bagi semua, tanpa kecuali.
Indonesia juga telah memiliki beberapa organisasi seperti:
- Yayasan
Hemofilia Indonesia
- Perhimpunan
Orang Tua Anak dengan Thalassemia
- Rare
Disorders Indonesia
Namun, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil masih perlu diperkuat agar kebijakan dan layanan benar-benar menjangkau pasien di seluruh wilayah.
Langkah yang Bisa Kita Ambil
Ingin ikut peduli tapi bingung mulai dari mana? Ini beberapa
langkah sederhana tapi bermakna:
✅ Ikuti dan bagikan informasi
tentang penyakit langka di media sosial
✅
Dukung organisasi pasien lokal
✅
Ajak institusi pendidikan dan komunitas membahas topik ini
✅
Dorong kebijakan publik yang inklusif melalui petisi atau diskusi kebijakan
✅
Edukasi anak-anak tentang empati dan perbedaan
Penutup
Kesadaran terhadap penyakit langka di Indonesia memang belum
setinggi yang seharusnya. Tapi bukan berarti tidak bisa ditingkatkan. Setiap
langkah kecil, setiap suara, dan setiap aksi kita bisa membawa perubahan bagi
mereka yang selama ini merasa terabaikan.
Dengan menjadikan momen seperti Hari Hemofilia Sedunia sebagai titik tolak, kita bisa membangun masa depan yang lebih inklusif, lebih peduli, dan tentunya lebih sehat—untuk semua.
Baca Juga: